watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KISAH SEORANG GAY
<

Ini adalah sebuah cerita yang bisa dikatakan
curhat seorang gay, bimbang memilih menjadi
seorang gay atau membohongi dirinya dengan
menjadi pria normal yang menyukai lkawan
jenis. Cerita ini di kirim oleh seseorang yang
ingin menemukan jati dirinya. lewat cerita
dewasa dia bercerita dan ingin berbagi
kebimbangannya. Berikut cerita lengkapnya.
Beberapa hari setelah peristiwa sejati yang aku
alami itu, jiwaku sangat terguncang dan goyah.
Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat lagi.
Aku sangat merasa berdosa dan menyesal telah
melakukannya dan mengapa aku tidak tahan
dengan godaan itu. Aku begitu larut di dalam
situasinya sehingga aku tidak ingat lagi dengan
apa kata hatiku. Terus terang, aku sebelumnya
adalah seorang yang taat dengan norma agama
dan aku tahu bahwa seks di luar nikah adalah
pantang apalagi jika itu adalah seks sesama jenis.
Gejolak dalam hati saya kian hari kian membawa
saya ke dalam pergulatan dan perdebatan antara
hati nurani dengan apa yang telah menjadi
kenyataan atas diriku. Hati nuraniku berkata “aku
tidak ingin jadi gay” tapi aku sendiri tidak bisa
memungkiri apa yang telah terjadi atas diriku
dan aku tidak bisa berdusta dan membohongi
perasaan hatiku sendiri. Akhirnya tinggallah
goresan luka yang amat menyedihkan dalam
batin saya yang sangat dalam, hatiku sangat
bimbang.. Apakah kuharus menjadi gay dan
menikmati hidupku atau apakah kuharus
melawan perasaan dan keadaan diriku sendiri?
Inilah masalah yang sangat besar yang pernah
aku alami, kala harus menentukan sikap hidup.
Aku berada di antara persimpangan dua arah
yang sangat menentukan jalan hidupku.
Aku sudah berusaha untuk hidup dan mencintai
seorang wanita, tapi apa daya perasaan itu selalu
menghantui saya dan tidak bisa aku hindari kala
aku melihat seorang cowok ganteng didepanku.
Sahabatku yang aku percaya selama ini, ternyata
dia pergi meninggalkan aku kala ia mengetahui
bahwa aku berubah total. Kala aku curhat dan
mengatakan bahwa aku menjadi gay, ia malah
meninggalkan aku dengan alasan ia tidak mau
menjadi gay juga seperti aku. Dia menganggap
aku sebagai seorang yang kena “virus gay” yang
katanya dapat menular ke orang lain, apalagi dia
statusnya sebagai teman dekat saya. Tentu saja
kepergian sahabatku yang sangat aku percayai
itu kian menambah luka dan goresan dalam
lubuk hatiku. Oh Tuhan, apakah yang harus aku
lakukan lagi? Mengapa aku menjalani semua ini?
Mengapa harus aku? Atau apakah ini jalan dan
garis hidupku? Inikah takdirku?
Akh.. Tidak, ini bukan takdir. Aku yakin Tuhan
punya rencana yang indah dalam hidupku di
dunia ini. Rancangan Tuhan bukan rancangan
kecelakaan dan bukan rancangan untuk
menjadikan umatnya menjadi gay. Aku tidak
menyalahkan Tuhan; Aku tidak menyalahkan
siapa-siapa, tapi aku menyalahkan diriku yang
tidak bisa mengendalikan diri sendiri.
Jalan manakah yang aku harus tempuh? Apakah
kuharus menikmati hidupku atau bagaimana?
Jika aku menikmati hidup apa adanya, maka aku
harus menjadi gay tapi jika tidak maka hidupku
akan penuh dengan kepura-puraan dan aku tidak
bisa hidup dengan memasang “topeng” selama-
lamanya. Kiranya Tuhan memberikan jawaban
yang terbaik.
“Tok.. Tok.. Tok.. Geo? Bisa aku masuk?” ujar
suara yang sangat aku kenal dari balik pintu
kamarku. Ya, pemiliknya adalah Sandy. Aku
kaget dan segera berdiri menghapus air mataku
sambil menuju pintu.
“Hai Sandy, ada apa?” tanyaku
“Geo, kamu kenapa? kok mata kamu sayu gitu?
lagi ada masalah ya.. Boleh nggak kamu cerita..
Siapa tahu aku bisa bantu!”
“Iya nih San. Aku lagi bingung!” Aku
mengajaknya duduk di atas tepi ranjang dan
mengajaknya berbicara.
“Ada apa Geo?”
“San, aku bingung apakah aku harus jadi gay
atau bagaimana?” tanyaku sambil menatap
matanya. Sandy lalu meletakkan tangannya di
atas pundakku dan menepuk-nepuknya. “Geo,
kamu nggak bisa bohongin diri kamu sendiri.
Kamu nggak bisa menghindar dari perasaan hati
kamu sendiri. Kalau memang perasaan itu ada
dalam hati kamu, kamu nggak bisa pungkiri
bahwa kamu sebenarnya adalah seorang gay”
jelasnya.
Aku hanya diam dan menatap kosong ke arah
lantai.
“Geo, dulu aku juga sama seperti kamu, aku
sangat bimbang dan penuh dengan seribu
macam pertanyaan yang sangat membuat aku
terpukul kala harus menentukan jalan hidupku.
Ya.. Apa yang aku alami dulu sama seperti apa
yang kamu alami sekarang Geo. Tapi semua itu
ada waktunya kok. ” katanya.
“Oh ya?” aku penasaran dan ingin mengetahui
apa keputusan Sandy selanjutnya waktu itu.
“Terus.. Apa keputusan kamu?” tanyaku
penasaran.
“Aku memutuskan untuk menjalani hidup apa
adanya dan biarlah waktu yang mengubah
semuanya. Aku tidak mau pura-pura jadi
normal, tertarik sama cewek.. Padahal aku tidak
tertarik sama sekali. Aku harus jadi diriku sendiri.
Aku tidak mau jadi orang lain. Ya.. Yang terjadi
ya terjadilah.. ” jelasnya.
“Jadi.. Itu keputusan kamu?”
“Iya Geo”
“Kamu tidak merasa menyesal mengambil jalan
itu?”
“Tidak. Karena aku sudah berprinsip bahwa aku
adalah aku dan aku bukan orang lain. Aku adalah
diriku sendiri apa adanya”
“Prinsip yang bagus” kataku sambil
mengangguk-angguk.
“Geo, kalau kamu takut menjadi gay dan hidup
pura-pura, kamu tidak akan pernah menikmati
tuh yang namanya hidup”
“Oh ya?”
“Ya.. ” jawabnya sambil senyum menghiasi raut
wajahnya yang bersih dan manis.
“San.. Kamu memang sahabat yang baik. Kamu
tahu nggak, sahabatku pergi meninggalkan aku
saat aku bilang kalau aku jadi gay”
“Ha? dia bukan tipe sahabat sejati kalau begitu.
Dia pergi meninggalkan kamu saat mengalami
masa-masa pahit. Dia cuman ingin manisnya
saja dari kamu”
“Katanya.. Dia nggak mau tertular virus gue!”
Sandy tertawa terbahak-bahak. “Virus? kalau
begitu itu tergantung daya tahan tubuhnya dong
terhadap virus, apakah dia juga kebal atau tidak”
Sandy kembali duduk di dekatku dan memeluk
aku erat-erat.
Aku merasakan damai dan kasih yang penuh
dari pelukan Sandy. Pelukan yang membuat
hatiku damai dan aman dari goncangan hidup.
Dia kemudian membisikkan kata: “Geo, kamu
harus jadi diri sendiri, bukan orang lain!”
suaranya yang lembut mengiang mesra dan
lembut di telingaku.
Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku,
tiba-tiba saja gairahku kembali bangkit dan ingin
melakukan hal itu dengan Sandy.
Aku mulai mencium pipi Sandy yang manis dan
bersih putih itu. Sandy kemudian membalasnya
dengan mencium keningku dan menciumi
pipiku. Tiba-tiba saja ciuman tersebut berubah
jadi ciuman bergairah. Kurasakan getar-getar
birahi dalam diriku mulai mengalir dan
membangkitkan nafsuku. Dan Sandy pun
demikian. Ia mulai mengajakku berdiri sambil
berciuman. Kami sangat menikmati ciuman
mesra ini. Aku mulai menjilati bibirnya dan
sesekali mengulum bibirnya yang seksi. Kedua
tangan kami saling merangkul di pinggang dan
saling merapatkan tubuh satu sama lain. Namun,
ciuman itu terus berlanjut. Sandy lalu menelusuri
rongga mulutku dengan lidahnya kesana kemari.
Aku merasa sangat bergairah dan terus
bergairah dengan ciuman ini. Ini adalah ciuman
yang sangat menyenangkan dan mengasyikkan
tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Ciuman
yang lama.. Sambil menikmati bibir masing-
masing, kedua tangaanku mulai membuka
kancing baju Sandy. Begitupun dengan Dia,
Sandy mulai melorotkan celana panjangku.
Dan tak lama kemudian kami hanya memakai
celana dalam saja.
Kini kami dilanda nafsu yang sangat besar. Kami
lalu melanjutkannya di atas tempat tidur. Sandy
lalu mengangkatku dan membaringkan aku di
atas tepi ranjang, lalu mukai menggigit-gigit kecil
penisku yang masih dibungkus dengan kain
merah. Aku hanya menggelinjang dan
menikmati dan merasakan setiap gigitan dan
sentuhan mulutnya. Sandy lalu menggigit kain
CD-ku lalu menariknya ke bawah dengan
mulutnya. Yah.. Ia mengeluarkan CD-ku dengan
memakai mulutnya. Maka tampaklah penisku
yang tegang berdiri berwarna kemerah-
merahan. Kulihat kepala penis Sandy yang juga
mnyembul dari dalam CD-nya membuatku kian
bergairah. Aku lalu bangkit dari tidur dan
mendorong tubuh Sndy ke atas ranjang dan
melakukan hal yang sama dengan apa yang ia
lakukan dengan aku tadi. Aku lalu menunduk dan
mengigit-gigit penis berbungkus celana dalam
warna hitam itu. Ya, rasanya keras juga untuk
digigit. Penis Sandy memang sudah mengeras
dan berwarna merah kecoklat-coklatan. Aku
terus menikmatinya walau masih berbalut dan
akhirnya aku menarik pula CD itu keluar dengan
gigitanku hingga tampak pula milik Sandy yang
besar dan berdiri kokoh. Aku tak sabar ingin
menindih tubuhnya dan merasakan kehangatan
tubuhnya.
Aku lalu bangkit dan menindih tubuhnya di atas
ranjang penuh gairah. Aku kembali menciumi
pipinya dan merasakan hangatnya hawa tubuh
Sandy menyerap ke dalam tubuhku. Kurasakan
benjolan penis Sandy yang sangat mengganjal
di bawah perutku. Aku lalu bergeser ke bawah
sedikit sehingga penisku bertemu dengan
penisnya dan “akh.. Akh.. ” nikmat sekali. SAndy
lalu menggoyangkan pantatnya naik turun walau
aku menindihnya namun tetap saja bagian tubuh
bawahnya tetap bisa ia goyangkan. Kemudian
aku menggesek-gesekkan penisku di atas
penisnya sambil tetap menikmati ciuman mulut
dengannya.
Sandy dengan tak sabarnya, segera mendorong
tubuhku hingga aku sekarang berada di posisi
bawah. Ia lalu memasukkan penisnya di sela
kedua pahaku dan menjepitnya lalu ia
mengayunkannya naik turun. Ku merasakan
benda tumpul itu hangat menggelitik dan
menggoda-goda ujung sarafku.
Tak lama kemudian, kami berganti posisi. Kami
lalu mengambil posisi 69 alias oral seks. Ia
memutar tubuhnya di atas tubuhku dan walau
aku harus menahan berat badannya yang kira-
kira 55 kilogram itu, aku tidak merasa terbebani.
Kini penis tanpa bulu-bulu halus itu berada tepat
di atas wajahku. L Kedua bola menggantung itu
kini berada dekat mulutku dan tanpa membuang
waktu, segera saja kulahap mentah-mentah
kedua buah itu dan nikmat sekali, lebih nikmat
dari jus buah biasa. Sesekali aku mengerang dan
menggelinjang kala Sandy sengaja mengelitik
atau mencolek pinggangku dengan jari
telunjuknya tapi aku tidak bisa bergerak karena
aku ditindihnya. Namun Sandy juga kadang
mengisapku dengan keras hingga terasa sampai
di ujung-ujung saraf kelaminku.
Kami terus melakukan oral seks hingga merasa
puas. Aku terus saja mengulum milik Sandy
yang kira-kira 18 cm itu dan sesekali aku
mengigit kecil benda keras itu.
“Akh.. Nikmatnya dunia ini.. ” kataku dalam hati.
Tapi hampir kami tidak pernah saling berbicara
mengeluarkan suara satu sama lain, hanya
sesekali senyum saat pandangan mata bertemu
dengan pandangan mata.
Selang beberapa puluh menit kemudian, kami
lalu mengganti posisi. Sandy bangkit dan kini aku
tidak merasa tertindih lagi oleh tubuh beratnya
itu. Namun, selama oral tersebut, aku tidak
merasakan beban berat tersebut, mungkin
karena aku konsen dengan apa yang aku
rasakan. Sandy lalu kembali mengisap-isap
penuh gairah dan nafsu atas kedua puting
susuku
“Akh.. Terusin.. Enak juga.. Isap yang keras,
San!” bisikku sambil menggeliat. Namun itu
hanya berlangsung beberapa menit. Kemudian
aku bangkit dan kembali menindih tubuh Sandy.
Aku bergeser ke bawah hingga aku
mendapatkan penisnya yang sudah berwarna
merah tua dan hangat. Aku lalu kemblai
mengulumnya dan mengisapnya keras-keras.
Aku melahapnya hingga ke ujung pangkalnya
dan
“Akh.. Ahk.. Ahk.. ” aku tersedak dengan kepala
penis Sandy yang menyentuh pangkal
kerongkonganku. Tapi aku hanya menelan ludah
dan kembali mengulum penis itu layaknya ice
cream tapi ini lebih enak dari pada ice cream
sendiri. Sesekali juga aku menggigit-gigitnya
dengan halus, hingga Sandy mengerang dan
menggeliat keenakan.
“Ya.. Terusin Geo, terusin.. Enak banget.. Akh..
Akh.. Aku mau keluar nih” ungkap Sandy.
Aku lalu menghentikan kegiatanku sementara
dan menunggu hingga Sandy merasa aman lagi
dari rasa mau muncrat. Ya.. Ini aku lakukan agar
ml-nya berlangsung lama. Sambil menunggu
penis kamu “loyo” kami saling berpandangan
mata dan menikmati wajah masing-masing.
Beberapa menit kemudian, penis kami mulai
sewtegah loyo dan kini kembali kamu melakukan
making love.
Aku lalu mengambil oil pelicin lalu
mengoleskannya pada penisku dan
menuangkannya di atas penis Sandy yang
kembali menegang. Aku lalu menggeser tubuh
Sandy hingga ke tepi ranjang sedangkan aku
berdiri di tepinya sambil berdiri di atas lantai lalu
membuka lebar kedua paha Sandy dan
mengosok-gosokkan penisku ke bibir analnya.
Sandy hanya menggelinjang dan menikmati
sentuhan yang aku berikan. Karena aku tak
sabaran lagi, aku lalu memasukkan penisku ke
dalam analnya. Ya.. Susah juga pertamanya.
Walau Sandy sudah tidak perjaka lagi, namun
analnya masih susah ditembus. Aku lalu
memasukkan jari tengah kedua tanganku lalu
menarik bibir analnya ke arah yang berlawanan
dan memasukkan penisku yang sudah
mengeras dan licin. Akhirnya, kepala penisku
sekarang sudah masuk. Tapi Sandy merasa
kesakitan,
“Pelan-pelan Geo, aku agak sakit nih.. ”
“Oke.. ” Aku lalu melepaskan keuda jari tengahku
dari dalamnya dan meletakkan kedua tungkai
Sandy di atas kedua bahuku lalu aku mulai
memeluk dan merapatkan kedua pahanya ke
dadaku dan mengayunkan dengan sangat
perlahan-lahan penisku keluar masuk anal
Sandy.
“Akh.. Akh.. Enaknya”
“Ya.. Lebih kenceng lagi, Geo!” ujar Sandy
Aku lalu mulai mengayunkan penisku dengan
agak cepat dari sebelumnya dan kian lama kian
cepat dan cepat..
“Terus.. Akh.. Akh.. Terusin, Geo. Lebih kencang
lagi dong!”
Aku lalu memasukkan penisku hingga ke
pangkalnya ludes sudah masuk menembus anal
Sandy. Aku mengguncangnya dengan kian
cepat dan keras hingga tubuh Sandy ikut
berguncang di atas ranjang. Aku mulai
berkeringat dan tak lama kemudian..
“Akh.. Akh.. Akh.. Croot.. Croot.. Croot”
Aku mengeluarkan spermaku dan
menembakkan peluru panas itu jauh ke dalam
tubuh Sandy. Kurasakan waktu aku muncrat,
Sandy menjepit erat penisku dengan otot bibir
analnya. Penisku masuk hingga ke pangkalnya
saat itu dan akh nikmat sekali rasanya. Aku
mencapai puncak kenikmatan itu dan aku tidak
melewatkan apa yang aku rasakan saat itu. Saat
yang singkat itu aku mencoba unutk
merasakannya semaksimal mungkin.
Akhirnya, aku mengeluarkan penisku dari dalam
anal Sandy dan tampak spermaku keluar
beberapa tetes dari dalamnya hingga
membasahi lantai. Aku lalu duduk dan berbaring
di sampingnya. Kemudian Andy bangkit dan
mulai melakukan apa yang aku lakukan tadi. Dia
lalu mengangkat pantatku naik setinggi mungkin
mendekati penisnya karena dia berdiri di atas
ranjang-tidak sama seperti aku tadi yang berdiri
di atas lantai-dan aku tidur terlentang di atas
ranjang. Akh, aku merasakan tubuhku terbalik.
Lalu Sandy membuka lebar lubang analku
dengan kedua jarinya lalu memasukkan
penisnya dan..
“Akh.. ” Aku mengeluh kesakitan karena Sandy
langsung saja mendorong penisnya hingga ke
pangkalnya saat kepala penisnya, ulai masuk
hingga aku kesakitan yang amat. Sandy
kemudian menghela nafas dan wow.. Tidak
pernah aku bayangkan, Sandy mengangkat
badanku naik dengan kedua tangannya yang
kuat hingga aku kini digendongnya sambil
penisnya berada dalam analku. “Akh.. Fantastis
San. Kamu hebat!” ungkapku.
Kami lalu berciuman. Aku sangat kaget dengan
ini. Sandy melakukan apa yang tak pernah aku
bayangkan. Ternyata dia sanggup mengangkat
tubuhku.
Dengan posisi tetap seperti ini, Sandy
membawaku dan dia duduk di atas sofa.
Ternyata gaya ini sama seperti gaya yang ia
lakukan sama Ivan dulu. Kini Sandy duduk di
atas sofa dan aku duduk diatas ke dua pahanya
menghadap ke arahnya dengan penisnya tetap
berada dalam lubang analku. Aku lalu mulai
mengayunkan pantatku turun naik secara
perlahan sesuai dengan apa yang aku ingin
rasakan. Karena aku masih merasa sakit, aku
hanya melakukannya dengan naik-turun secara
pelan-pelan dan ini diikuti dengan gerakan naik
turun oleh Sandy walau dia dibawah. Semikn
lama semakin hilng rasa sakit itu dan aku kini
kian kencang naik-turunnya.
“Posisi yang sangat bagus dan fantastis, San!”
ujarku.
Sandy hanya tersenyum dan menjilati dada dan
puting susuku. Tapi penisku sendiri mulai
bangkit lagi setelah selang beberapa menit loyo
dan terkulai lemas, tapi kini penisku bangun lagi
dan mulai menegang.
Selang sekitar dua puluh menit kemudian..
“Geo, aku mau keluar nih, coba kamu angkat
pantatmu, aku ingin muncrat di luar”
Aku lalu mengangkat pantatku ke atas sehingga
penis Sandy keluar di bawah lalu Sandy
mengocok-ngocok penisnya sendiri dan..
“Akh.. Croot.. Croot.. Croott.. ”
Sandy memuncratkan spermanya di anatara sela
badanku dan badannya sehingga kedua badan
kami basah oleh hangatnya cairan sperma
Sandy.
Setelah itu, kami berpelukan erat dan mesra
penuh kasih sayang.
Akhirnya, making love keduaku selesai. Aku
sekarang sudah dua kali melakukannya. Pertama
dengan Richard dan kedua dengan Sandy.
Semuanya menyenangkan dan memuaskan.
Bagaimana dengan perasaan hati nuraniku?
Pertanyaan itu kembali menghantui hidupku,
mungkin hanya making love yang akan
menghilangkannya dari pikiranku.
“Ah.. Aku harus jadi diri sendiri. Aku ingin
menikmati hidupku sebagai seorang gay, aku
tidak bisa membohongi perasaan hatiku sendiri.
Aku adalah aku dan aku adalah seorang gay”
kataku dalam hati.


Adult | GO HOME | Exit
1/1178
U-ON

inc Powered by Xtgem.com